Filosofi dan makna dari Batik Parang
Negara Indonesia terkenal dengan Batiknya, sebuah karya seni dan juga teknik khusus dalam pembuatan kain tekstil. Hingga saat ini, telah ada ratusan macam motif Batik yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yang tidak hanya memiliki keindahan, namun juga makna dan filosofi yang mendalam di baliknya.
Batik telah menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia sejak abad ke-lima. Teknik ini telah digunakan untuk melukiskan seluruh siklus kehidupan manusia – kelahiran, pernikahan, dan kematian – sejak saat itu. Setiap tanggal 2 Oktober, Indonesia merayakan Hari Batik Nasional, hari dimana Batik diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda di tahun 2009.
Salah satu motif Batik tertua di Indonesia adalah Batik Parang yang berasal dari Solo, Jawa Tengah. Batik Parang telah dikenakan oleh para raja, pemimpin, dan ksatria sejak zaman keraton Mataram Kartasura di tahun 1600-an. Kata ‘Parang’ sendiri lahir dari kata ‘Pereng’, yang memiliki arti lereng. Perengan ini menggambarkan garis yang menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal, dan garis lurus ini melambangkan penghormatan dan cita-cita yang tinggi, serta kepercayaan pada nilai-nilai kebenaran.
Batik Parang juga memiliki pola berbentuk S yang terjalin tidak terputus. Pola ini melambangkan kesinambungan dan stabilitas, baik dalam arti upaya untuk terus memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan, maupun menjaga pertalian kekeluargaan. Bentuk ‘S’ ini juga diambil dari ombak samudra yang tidak pernah berhenti bergerak, dan menggambarkan semangat yang tidak pernah padam. Dinamika dalam pola Batik Parang ini sering diartikan sebagai ketangkasan, kewaspadaan, dan juga kontinuitas antara hal satu dengan hal lainnya.
Motif batik parang yang saling berkesinambungan menggambarkan jalinan hidup yang tidak pernah putus, selalu konsisten dalam upaya untuk memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan dalam hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhannya, garis diagonal dalam motif batik parang menggambarkan bahwa manusia harus memiliki cita-cita yang luhur, kokoh dalam pendirian, serta setia pada nilai kebenaran.
Komentar
Posting Komentar