Rangkuman singkat tentang Batik Parang
Pada zaman dahulu, batik dengan motif parang ini hanya boleh digunakan oleh raja dan keturunannya saja sebab memang bermakna kekuatan sang raja.
Namun saat ini, motif batik parang sudah boleh digunakan semua orang untuk segala kegiatan dan tentunya sangat laku di pasaran.
Berhubung Indonesia ini termasuk negara yang masih berpegang teguh pada budaya, maka tentunya batik dengan motif parang juga memiliki mitos tersendiri yakni tidak boleh dikenakan saat upacara pernikahan karena konon justru akan membawa keluarga sang pengantin baru ke hal-hal negatif seperti percekcokan.
Lantas, apa sih filosofi dari keberadaan motif batik parang yang hingga detik ini eksistensinya masih begitu dihormati oleh sejumlah masyarakat? Apa saja pula jenis-jenis motif batik parang yang tentunya memiliki filosofi masing-masing? Yuk, segera simak ulasannya berikut ini!
Asal-Usul Motif Batik Parang
Dilansir dari batiktulisgiriloyo.com, mengemukakan bahwa kata “Parang” dari istilah ‘batik parang’ itu berasal dari kata “Pereng” yang berarti ‘lereng’. Maksudnya, bentuk motif batik parang itu berupa huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan membentuk diagonal miring layaknya lereng gunung.
Susunan bentuk “S” itu seolah menggambarkan ombak samudera yang tidak pernah habis hingga akhir zaman kelak. Namun ada juga yang berpendapat bahwa batik dengan motif parang ini justru berasal dari kata “Karang” yang berarti tebing-tebing di sekitar pantai.
Usut punya usut, ternyata batik dengan motif parang ini diciptakan oleh salah satu bangsawan Kerajaan Mataram Islam lho… Beliau adalah Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati memiliki nama lain Sutowijoyo yang merupakan putra dari Ki Gede Pemanahan selaku pendiri dari Kerajaan Mataram Islam. Itulah mengapa, pada zaman dahulu batik dengan motif parang ini hanya diperbolehkan untuk dikenakan oleh para raja dan keturunannya saja.
Filosofi Motif Batik Parang Bagi Masyarakat Indonesia
Jika membicarakan tentang budaya Indonesia, tidak afdol rasanya apabila tidak menyebutkan tentang batik.
Keberadaan batik tentunya sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena pasti setiap individu memiliki batik, sekalipun itu berupa seragam sekolah. Ditambah lagi, di Indonesia juga menghormati eksistensi dari batik dengan memperingatinya setiap 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.
Setiap daerah di Indonesia pada dasarnya memiliki setidaknya satu motif batik yang terkenal. Apabila di wilayah Yogyakarta terkenal dengan motif batik kawung, maka di Solo pun juga memiliki motif batik parang. Motif batik ini termasuk yang mudah ditemui dengan bentuk khas seperti huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan miring berurutan.
Dilansir dari wikipedia.org, mengemukakan bahwa filosofi utama dari motif batik parang ini adalah supaya kita sebagai manusia tidak boleh menyerah terhadap hidup, ibarat ombak laut yang tidak berhenti bergerak. Yap, huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan miring berurutan itu jika dilihat kembali seperti bentuk ombak di laut ‘kan…
Batik parang memang menggambar bahwa kain yang digunakan itu belumlah rusak, yang artinya kita sebagai manusia masih bisa memperbaiki diri.
Keterkaitan motif satu sama lain ini seolah menggambarkan bahwa anak akan melanjutkan perjuangan dari orang tuanya. Lalu pada garis diagonal yang lurus melambangkan penghormatan, cita-cita, dan kesetiaan.
“Parang berarti perang, para raja jawa dan kesatria jawa selalu memakai batik parang yang berarti perang melawan hawa nafsu nya setiap hari, terus menerus. Hanya para raja ksatria lah yang boleh pakai batik parang. itu sebagai agama nya, sebagai maujud ageman nya setiap hari, ucap tekat laku lampah.”
“Batik artinya Bakti, Bekti, Dhama bakti, para raja ksatria jawa harus berbakti kepada nusa bangsa keluarga dan agama nya. Ageman dari Batik menjadi agama nya, ucap tekat laku lampah seorang menuju sampurna ‘” (syafril indra kusuma)
Sementara itu, masih dilansir dari batiktulisgiriloyo.com, turut mengungkapkan bahwa setidaknya keberadaan batik parang ini memiliki 4 makna yakni:
1. Jangan Mudah Menyerah
Motif bentuk huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan miring berurutan itu jika dilihat kembali seperti bentuk ombak di laut. Coba deh Grameds perhatikan bahwa ombak di laut itu tidak pernah putus dan akan terus menggulung. Nah, hal itu menggambarkan bahwa kita sebagai manusia juga tidak boleh putus semangat terutama dalam hal mencapai cita-cita.
Boleh-boleh saja kok kita merasa lelah, karena itu manusiawi. Namun, jangan terlalu istirahatnya, harus segera bangkit lagi untuk memperjuangkan impianmu itu.
2. Lambang Atas Kesinambungan
Motif bentuk huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain itu menggambarkan adanya kesinambungan pola dari atas ke bawah.
Bentuk yang kesinambungan ini menjadi bentuk akan keberlanjutan perjuangan dari orang tua kepada anaknya. FYI, pada zaman dahulu pun sering menggunakan batik sebagai penguat antara orang tua dan anak, terutama di keluarga bangsawan.
3. Adanya Ketangkasan, Cita-Cita Mulia, dan Kesetiaan
Filosofi selanjutnya dari batik parang adalah mengenai ketangkasan, cita-cita mulia, sekaligus kesetiaan manusia dalam kehidupan ini. Hal ini terlihat dari adanya garis tegak yang terdapat di antara bentuk huruf “S”.
4. Sebagai Adanya Perang
Di berbagai quotes nasihat apapun, pasti akan ada satu nasihat yang mengatakan bahwa perang yang sesungguhnya itu bukan antar sesama manusia, melainkan kepada hawa nafsu diri sendiri. Di agama apapun juga mengajarkan hal tersebut ‘kan…
Nah, dengan mengenakan motif batik parang ini, seolah mengharapkan kita dapat memerangi hawa nafsu baik yang berasal dari diri sendiri maupun pengaruh luar.
1. Motif Batik Parang Rusak
Bersumber dari wikipedia.org, mengemukakan bahwa motif batik parang rusak itu ternyata diciptakan oleh Panembahan Senopati saat Beliau tengah melakukan kegiatan bertapa di Pantai Selatan.
Motifnya terlihat seperti ombak sehingga maknanya pun sebagai keberanian dan ketegaran. Menurut iwarebatik.org, juga menuliskan bahwa motif batik parang rusak itu mirip dengan lengkungan keris pusaka jawa dan ombak laut.
Orang yang mengenakan motif batik ini diharapkan memiliki jiwa mulia yang mampu mengendalikan gelombang godaan ketika menjalani kehidupan sehari-hari. Keberadaan batik dengan motif parang rusak ini biasanya dikhususkan untuk bangsawan dan keluarganya saja.
2. Motif Batik Parang Barong
Hampir dengan motif batik sebelumnya, batik parang barong ini juga diperuntukkan bangsawan dan keluarganya saja. Tidak hanya itu saja, keberadaan motif batik ini cukup sakral dan tidak boleh dikenakan di segala acara, terutama acara pernikahan.
Adanya kepercayaan yang mengatakan bahwa jika kita mengenakan batik parang barong ini saat acara pernikahan, maka justru akan memberikan dampak maupun pengaruh buruk untuk kehidupan sang pengantin.
Motif batik jenis ini diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma yang merupakan sultan ketiga dari Kerajaan Mataram yang telah memerintah sejak tahun 1613-1645. Ciri utama dari motif batik parang barong adalah bentuk huruf “S”-nya yang lebih besar dari motif batik barang rusak.
Makna dari motif batik jenis ini pengendalian dari dalam diri, kebijaksanaan, dan kehati-hatian saat bertindak maupun berturut kata.
3. Motif Batik Parang Klitik
Motif batik parang selanjutnya adalah parang klitik. Ciri utama dari motif batik parang jenis ini adalah bentuk huruf “S”-nya lebih kecil sehingga sering dianggap sebagai penggambaran citra feminim, lemah-lembut, perilaku bijaksana, dan perilaku halus.
Itulah mengapa, motif batik jenis ini sering dikenakan oleh para putri raja. Namun jika dikenakan oleh kaum laki-laki, maka akan mencerminkan kebijaksanaan.
4. Motif Batik Parang Slobog
Motif batik parang slobog ini lebih cenderung melambangkan keteguhan hati, kesabaran, maupun ketelitian manusia. Itulah mengapa, kebanyakan kaum laki-laki mengenakan motif batik parang ini, terlebih lagi saat upacara pelantikan jabatan. Besar harapan dengan mengenakan batik motif ini supaya mampu mengemban amanah dan tanggung jawab selama menjalankan tugasnya. Ada juga beberapa masyarakat yang mengenakan motif batik ini saat menghadiri upacara pemakaman. Tujuannya adalah supaya arwah yang meninggal mendapatkan kemudahan dan kelancaran saat menghadap Tuhan Yang Maha Esa, sementara pihak keluarga dapat memiliki keteguhan dan ketabahan hati.
5. Motif Batik Parang Kusumo
Pada motif batik parang kusumo ini dinamakan demikian karena memiliki corak “Parang” yang berarti ‘lereng’ dan “Kusumo” yang berarti ‘bunga’. Sekilas memang coraknya seperti bunga ‘kan walaupun tetap ada bentuk huruf “S” yang saling bertautan satu sama lain.
FYI, pada zaman dahulu batik jenis ini hanya boleh dikenakan oleh keturunan raja saja terutama saat tengah berada di dalam keraton. Nah jika pada zaman sekarang, batik motif ini akan digunakan oleh masyarakat umum saat acara tukar cincin dalam pernikahan. Flosofi utama dari batik parang kusumo ini menggambarkan jalinan antar manusia yang tidak terputus dan akan selalu terhubung secara berkesinambungan. Secara tidak langsung, makna tersebut juga dengan tali hubungan manusia yang secara erat terutama di keluarga. Menurut museumnusantara.com, keberadaan motif batik parang ini ternyata memiliki mitos yang tentunya telah dipercaya oleh masyarakat Jawa Tengah sejak lama lho… Salah satunya adalah mitos jika mengenakan batik motif ini saat acara pernikahan, maka akan memberikan kesialan kepada keluarga sang pengantin. Kesialan tersebut dapat berupa terjadinya keributan maupun cekcok saat sang pengantin tengah menjalani kehidupan keluarga. Padahal sebenarnya, mitos tersebut justru bertolak belakang dengan filosofi yang ada.
6. Motif Batik Parang Tuding
Nama motif batik ini berasal dari “Parang” yang berarti ‘lereng’ dan “Tuding” yang berarti ‘jari telunjuk atau tengah menunjuk sesuatu’. Nah, ketika dicoba untuk diperhatikan kembali gambar motifnya, pasti pada huruf “S” terlihat menyerupai jari telunjuk yang tengah menunjuk ‘kan, dengan susunan yang secara berjajar dan berkesinambungan. Menurut tumpi.id, filosofi dari keberadaan motif batik ini adalah siapapun yang mengenakannya diharapkan dapat memberi petunjuk atas hal-hal yang baik. Itulah mengapa, motif batik ini biasanya dikenakan oleh para orang tua karena mereka dianggap sebagai pengarah atau pemberi petunjuk kepada para keturunannya.
7. Motif Batik Parang Pamor
Selanjutnya ada motif batik parang pamor yang berasal dari kata “Parang” berarti ‘lereng’ dan “Pamor” berarti ‘aura yang terpancar dari seseorang’. Nah, ketika mengenakan batik jenis ini, diharapkan pemakainya memiliki aura yang memancar atau jika dalam bahasa Jawa disebut dengan “…Wis pecah pamore”. Ciri utama dari motif batik parang pamor adalah bentuknya yang lebih kecil-kecil dibandingkan dengan motif batik parang sebelumnya.
8. Motif Batik Parang Curigo
Filosofi utama dari motif batik parang curigo ini adalah supaya pemakainya dapat memiliki ketenangan, kecerdasan, maupun kewibawaan. Itulah mengapa, biasanya motif batik jenis ini sering dikenakan saat acara pesta. Penamaan motif batik ini berasal dari kata “Parang” yang berarti ‘lereng’ dan “Curigo” yang merupakan ‘nama lain dari bilah keris tanpa warangka’. Warangka adalah bagian atas dari sarung keris yang bentuknya menyerupai tanduk.
Komentar
Posting Komentar