Minggu, 19 Januari 2025
Panembahan Senopati, Pendiri Kerajaan Mataram Islam, Pencipta Motif Batik Parang yang Legendaris
Larangan Memakai Batik Parang dalam Pernikahan Jawa
Batik parang merupakan salah satu motif batik tertua di Indonesia, dikarenakan sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram, serta banyak banyak ditemukan di Solo dan Yogyakarta.
Batik merupakan salah satu seni kerajinan khas dari Indonesia khususnya di daerah Jawa. Batik memiliki banyak jenisnya yaitu batik tulis, batik sablon, batik celup dan batik terap.
Selain jenis batik, setiap batik juga memiliki motif dan filosofi yang berbeda-beda.
Seperti halnya ada batik parang yang sempat terkenal, dikarenakan dilarang digunakan saat acara resepsi pernikahan Kaesang dan Erina di Pura Mangkunegoro tahun lalu. Alasan dilarangnya batik parang ini yaitu adanya larangan penggunaan batik parang di kalangan umum dikarenakan batik tersebut hanya boleh digunakan oleh keluarga kerajaan saja khususnya di Pura Mangkunegoro.
Selain itu, menurut filosofi jawa juga menyebutkan bahwa motif parang ini dilarang digunakan dalam acara pernikahan, karena dipercaya bisa membawa pasangan pengantin di kehidupan rumah tangga yang penuh dengan percekcokkan dan perselisihan.
Sedangkan, motif batik yang cocok digunakan untuk pernikahan jawa seperti motif truntun, motif grompol, motif sido asih, motif sido mulyo, motif sido mukti, motif cakar ayam, motif sido luhur dan motif wirasat
Seperti di Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Puro Pakualaman Yogyakarta, motif batik parang adalah motif batik terlarang yang hanya boleh dipakai oleh Adipati dan keluarganya, hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari sejarah berdirinya Dinasti Mataram," demikian bunyi penjelasan tersebut.
Mengutip dari Ensiklopedia The Heritage of Batik, batik motif parang merupakan salah satu batik keraton yang digunakan di lingkungan kerajaan dan tidak boleh dipakai sembarangan. Nama parang berasal kata pereng yang dalam bahasa Jawa memiliki arti garis lengkung menyerupai ombak laut.
Sesuai namanya, salah satu motif batik tertua di Indonesia ini memiliki susunan motif yang membentuk huruf S yang melambangkan kekuasaan, kekuatan, dan semangat yang tak pernah padam. Sedangkan, susunan yang saling menyambung satu sama lain bermakna sebuah kesinambungan.
Menurut buku Batik: Fabled Cloth of Java oleh Inger McCabe Elliot, motif parang memiliki makna yang menyiratkan kekuatan dan pertumbuhan yang digunakan oleh raja. Oleh sebab itu, motif parang tidak boleh digunakan oleh rakyat biasa.
Sabtu, 18 Januari 2025
Rangkuman singkat tentang Batik Parang
Pada zaman dahulu, batik dengan motif parang ini hanya boleh digunakan oleh raja dan keturunannya saja sebab memang bermakna kekuatan sang raja.
Namun saat ini, motif batik parang sudah boleh digunakan semua orang untuk segala kegiatan dan tentunya sangat laku di pasaran.
Berhubung Indonesia ini termasuk negara yang masih berpegang teguh pada budaya, maka tentunya batik dengan motif parang juga memiliki mitos tersendiri yakni tidak boleh dikenakan saat upacara pernikahan karena konon justru akan membawa keluarga sang pengantin baru ke hal-hal negatif seperti percekcokan.
Lantas, apa sih filosofi dari keberadaan motif batik parang yang hingga detik ini eksistensinya masih begitu dihormati oleh sejumlah masyarakat? Apa saja pula jenis-jenis motif batik parang yang tentunya memiliki filosofi masing-masing? Yuk, segera simak ulasannya berikut ini!
Asal-Usul Motif Batik Parang
Dilansir dari batiktulisgiriloyo.com, mengemukakan bahwa kata “Parang” dari istilah ‘batik parang’ itu berasal dari kata “Pereng” yang berarti ‘lereng’. Maksudnya, bentuk motif batik parang itu berupa huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan membentuk diagonal miring layaknya lereng gunung.
Susunan bentuk “S” itu seolah menggambarkan ombak samudera yang tidak pernah habis hingga akhir zaman kelak. Namun ada juga yang berpendapat bahwa batik dengan motif parang ini justru berasal dari kata “Karang” yang berarti tebing-tebing di sekitar pantai.
Usut punya usut, ternyata batik dengan motif parang ini diciptakan oleh salah satu bangsawan Kerajaan Mataram Islam lho… Beliau adalah Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati memiliki nama lain Sutowijoyo yang merupakan putra dari Ki Gede Pemanahan selaku pendiri dari Kerajaan Mataram Islam. Itulah mengapa, pada zaman dahulu batik dengan motif parang ini hanya diperbolehkan untuk dikenakan oleh para raja dan keturunannya saja.
Filosofi Motif Batik Parang Bagi Masyarakat Indonesia
Jika membicarakan tentang budaya Indonesia, tidak afdol rasanya apabila tidak menyebutkan tentang batik.
Keberadaan batik tentunya sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena pasti setiap individu memiliki batik, sekalipun itu berupa seragam sekolah. Ditambah lagi, di Indonesia juga menghormati eksistensi dari batik dengan memperingatinya setiap 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.
Setiap daerah di Indonesia pada dasarnya memiliki setidaknya satu motif batik yang terkenal. Apabila di wilayah Yogyakarta terkenal dengan motif batik kawung, maka di Solo pun juga memiliki motif batik parang. Motif batik ini termasuk yang mudah ditemui dengan bentuk khas seperti huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan miring berurutan.
Dilansir dari wikipedia.org, mengemukakan bahwa filosofi utama dari motif batik parang ini adalah supaya kita sebagai manusia tidak boleh menyerah terhadap hidup, ibarat ombak laut yang tidak berhenti bergerak. Yap, huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan miring berurutan itu jika dilihat kembali seperti bentuk ombak di laut ‘kan…
Batik parang memang menggambar bahwa kain yang digunakan itu belumlah rusak, yang artinya kita sebagai manusia masih bisa memperbaiki diri.
Keterkaitan motif satu sama lain ini seolah menggambarkan bahwa anak akan melanjutkan perjuangan dari orang tuanya. Lalu pada garis diagonal yang lurus melambangkan penghormatan, cita-cita, dan kesetiaan.
“Parang berarti perang, para raja jawa dan kesatria jawa selalu memakai batik parang yang berarti perang melawan hawa nafsu nya setiap hari, terus menerus. Hanya para raja ksatria lah yang boleh pakai batik parang. itu sebagai agama nya, sebagai maujud ageman nya setiap hari, ucap tekat laku lampah.”
“Batik artinya Bakti, Bekti, Dhama bakti, para raja ksatria jawa harus berbakti kepada nusa bangsa keluarga dan agama nya. Ageman dari Batik menjadi agama nya, ucap tekat laku lampah seorang menuju sampurna ‘” (syafril indra kusuma)
Sementara itu, masih dilansir dari batiktulisgiriloyo.com, turut mengungkapkan bahwa setidaknya keberadaan batik parang ini memiliki 4 makna yakni:
1. Jangan Mudah Menyerah
Motif bentuk huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan miring berurutan itu jika dilihat kembali seperti bentuk ombak di laut. Coba deh Grameds perhatikan bahwa ombak di laut itu tidak pernah putus dan akan terus menggulung. Nah, hal itu menggambarkan bahwa kita sebagai manusia juga tidak boleh putus semangat terutama dalam hal mencapai cita-cita.
Boleh-boleh saja kok kita merasa lelah, karena itu manusiawi. Namun, jangan terlalu istirahatnya, harus segera bangkit lagi untuk memperjuangkan impianmu itu.
2. Lambang Atas Kesinambungan
Motif bentuk huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain itu menggambarkan adanya kesinambungan pola dari atas ke bawah.
Bentuk yang kesinambungan ini menjadi bentuk akan keberlanjutan perjuangan dari orang tua kepada anaknya. FYI, pada zaman dahulu pun sering menggunakan batik sebagai penguat antara orang tua dan anak, terutama di keluarga bangsawan.
3. Adanya Ketangkasan, Cita-Cita Mulia, dan Kesetiaan
Filosofi selanjutnya dari batik parang adalah mengenai ketangkasan, cita-cita mulia, sekaligus kesetiaan manusia dalam kehidupan ini. Hal ini terlihat dari adanya garis tegak yang terdapat di antara bentuk huruf “S”.
4. Sebagai Adanya Perang
Di berbagai quotes nasihat apapun, pasti akan ada satu nasihat yang mengatakan bahwa perang yang sesungguhnya itu bukan antar sesama manusia, melainkan kepada hawa nafsu diri sendiri. Di agama apapun juga mengajarkan hal tersebut ‘kan…
Nah, dengan mengenakan motif batik parang ini, seolah mengharapkan kita dapat memerangi hawa nafsu baik yang berasal dari diri sendiri maupun pengaruh luar.
1. Motif Batik Parang Rusak
Bersumber dari wikipedia.org, mengemukakan bahwa motif batik parang rusak itu ternyata diciptakan oleh Panembahan Senopati saat Beliau tengah melakukan kegiatan bertapa di Pantai Selatan.
Motifnya terlihat seperti ombak sehingga maknanya pun sebagai keberanian dan ketegaran. Menurut iwarebatik.org, juga menuliskan bahwa motif batik parang rusak itu mirip dengan lengkungan keris pusaka jawa dan ombak laut.
Orang yang mengenakan motif batik ini diharapkan memiliki jiwa mulia yang mampu mengendalikan gelombang godaan ketika menjalani kehidupan sehari-hari. Keberadaan batik dengan motif parang rusak ini biasanya dikhususkan untuk bangsawan dan keluarganya saja.
2. Motif Batik Parang Barong
Hampir dengan motif batik sebelumnya, batik parang barong ini juga diperuntukkan bangsawan dan keluarganya saja. Tidak hanya itu saja, keberadaan motif batik ini cukup sakral dan tidak boleh dikenakan di segala acara, terutama acara pernikahan.
Adanya kepercayaan yang mengatakan bahwa jika kita mengenakan batik parang barong ini saat acara pernikahan, maka justru akan memberikan dampak maupun pengaruh buruk untuk kehidupan sang pengantin.
Motif batik jenis ini diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma yang merupakan sultan ketiga dari Kerajaan Mataram yang telah memerintah sejak tahun 1613-1645. Ciri utama dari motif batik parang barong adalah bentuk huruf “S”-nya yang lebih besar dari motif batik barang rusak.
Makna dari motif batik jenis ini pengendalian dari dalam diri, kebijaksanaan, dan kehati-hatian saat bertindak maupun berturut kata.
3. Motif Batik Parang Klitik
Motif batik parang selanjutnya adalah parang klitik. Ciri utama dari motif batik parang jenis ini adalah bentuk huruf “S”-nya lebih kecil sehingga sering dianggap sebagai penggambaran citra feminim, lemah-lembut, perilaku bijaksana, dan perilaku halus.
Itulah mengapa, motif batik jenis ini sering dikenakan oleh para putri raja. Namun jika dikenakan oleh kaum laki-laki, maka akan mencerminkan kebijaksanaan.
4. Motif Batik Parang Slobog
Motif batik parang slobog ini lebih cenderung melambangkan keteguhan hati, kesabaran, maupun ketelitian manusia. Itulah mengapa, kebanyakan kaum laki-laki mengenakan motif batik parang ini, terlebih lagi saat upacara pelantikan jabatan. Besar harapan dengan mengenakan batik motif ini supaya mampu mengemban amanah dan tanggung jawab selama menjalankan tugasnya. Ada juga beberapa masyarakat yang mengenakan motif batik ini saat menghadiri upacara pemakaman. Tujuannya adalah supaya arwah yang meninggal mendapatkan kemudahan dan kelancaran saat menghadap Tuhan Yang Maha Esa, sementara pihak keluarga dapat memiliki keteguhan dan ketabahan hati.
5. Motif Batik Parang Kusumo
Pada motif batik parang kusumo ini dinamakan demikian karena memiliki corak “Parang” yang berarti ‘lereng’ dan “Kusumo” yang berarti ‘bunga’. Sekilas memang coraknya seperti bunga ‘kan walaupun tetap ada bentuk huruf “S” yang saling bertautan satu sama lain.
FYI, pada zaman dahulu batik jenis ini hanya boleh dikenakan oleh keturunan raja saja terutama saat tengah berada di dalam keraton. Nah jika pada zaman sekarang, batik motif ini akan digunakan oleh masyarakat umum saat acara tukar cincin dalam pernikahan. Flosofi utama dari batik parang kusumo ini menggambarkan jalinan antar manusia yang tidak terputus dan akan selalu terhubung secara berkesinambungan. Secara tidak langsung, makna tersebut juga dengan tali hubungan manusia yang secara erat terutama di keluarga. Menurut museumnusantara.com, keberadaan motif batik parang ini ternyata memiliki mitos yang tentunya telah dipercaya oleh masyarakat Jawa Tengah sejak lama lho… Salah satunya adalah mitos jika mengenakan batik motif ini saat acara pernikahan, maka akan memberikan kesialan kepada keluarga sang pengantin. Kesialan tersebut dapat berupa terjadinya keributan maupun cekcok saat sang pengantin tengah menjalani kehidupan keluarga. Padahal sebenarnya, mitos tersebut justru bertolak belakang dengan filosofi yang ada.
6. Motif Batik Parang Tuding
Nama motif batik ini berasal dari “Parang” yang berarti ‘lereng’ dan “Tuding” yang berarti ‘jari telunjuk atau tengah menunjuk sesuatu’. Nah, ketika dicoba untuk diperhatikan kembali gambar motifnya, pasti pada huruf “S” terlihat menyerupai jari telunjuk yang tengah menunjuk ‘kan, dengan susunan yang secara berjajar dan berkesinambungan. Menurut tumpi.id, filosofi dari keberadaan motif batik ini adalah siapapun yang mengenakannya diharapkan dapat memberi petunjuk atas hal-hal yang baik. Itulah mengapa, motif batik ini biasanya dikenakan oleh para orang tua karena mereka dianggap sebagai pengarah atau pemberi petunjuk kepada para keturunannya.
7. Motif Batik Parang Pamor
Selanjutnya ada motif batik parang pamor yang berasal dari kata “Parang” berarti ‘lereng’ dan “Pamor” berarti ‘aura yang terpancar dari seseorang’. Nah, ketika mengenakan batik jenis ini, diharapkan pemakainya memiliki aura yang memancar atau jika dalam bahasa Jawa disebut dengan “…Wis pecah pamore”. Ciri utama dari motif batik parang pamor adalah bentuknya yang lebih kecil-kecil dibandingkan dengan motif batik parang sebelumnya.
8. Motif Batik Parang Curigo
Filosofi utama dari motif batik parang curigo ini adalah supaya pemakainya dapat memiliki ketenangan, kecerdasan, maupun kewibawaan. Itulah mengapa, biasanya motif batik jenis ini sering dikenakan saat acara pesta. Penamaan motif batik ini berasal dari kata “Parang” yang berarti ‘lereng’ dan “Curigo” yang merupakan ‘nama lain dari bilah keris tanpa warangka’. Warangka adalah bagian atas dari sarung keris yang bentuknya menyerupai tanduk.
Lestarikan Budaya Batik Parang di Indonesia
Pada tahun 2009, batik resmi ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Hal ini tentunya sangat membanggakan karena batik memanglah suatu bentuk seni yang khas dan asli dari Indonesia.
Wajar bila akhirnya batik diresmikan sebagai warisan budaya Indonesia. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak sangat lama. Bila pada zaman dahulu batik hanya diperuntukan bagi keluarga raja-raja saja, kini batik di Indonesia ikut berkembang menjadi sebuah karya yang hampir ada di seluruh wilayah Indonesia dan bisa dipakai oleh semua golongan masyarakat.
Lantaran itulah, masyarakat Indonesia semestinya menjadi lebih bertanggung jawab dalam mempertahankan kelesatarian batik. Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober dirasa merupakan momen tepat untuk berintrospeksi mengenai sejauh mana pengetahuan kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki batik sebagai salah satu warisan budaya.
Upaya untuk Melestarikan Batik yang Merupakan Warisan Budaya Indonesia
Berikut beberapa cara sederhana dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia, tidak perlu dengan cara yang muluk-muluk, kita bisa coba dengan cara yang sederhana sebagai berikut:
Mengubah Sudut Pandang pada Batik
Cara atau upaya yang sederhana untuk dilakukan adalah dengan mengubah paradigma masyarakat bahwa batik hanya cocok dipakai oleh kelompok tua dan hanya pantas digunakan untuk acara formal saja. Saat ini, sudah banyak batik yang didesain dengan model yang santai, kalangan muda juga bisa mengenakannya di acara non formal.
Bangga dan Cinta Menggunakan Batik
Sebagai warisan budaya Indonesia bukan berarti kain Batik hanya pantas disimpan di dalam museum atau bahkan lemari. Cara paling mudah untuk melestarikannya adalah dengan mengenakan atau memakainya secara langsung.
Memperkenalkan Batik ke Pasar Internasional
Upaya ini bertujuan untuk memberikan informasi bahwa batik adalah asli milik Indonesia dan keindahannya bisa dinikmati dengan membelinya. Salah satu caranya adalah dengan mengikutsertakan batik dalam promosi atau pameran barang internasional yang memang sering digelar.
Produknya dibeli dan menghasilkan keuntungan untuk para pembuat batik dan informasi pentingnya berhasil disampaikan dengan baik.
Melibatkan Generasi Muda
Salah satu hal yang sudah menjadi rahasia umum adalah bahwa produksi batik umumnya dilakukan oleh orang-orang tua yang sudah berumur. Bila hal ini terus dibiarkan, maka tidak akan ada anak muda yang akan meneruskan kesenian membatik. Dalam buku Asyiknya Mengenal Batik Sambil Berkreasi, Yuwita Wahernika, 2019, dijelaskan bahwa penting adanya mengajarkan pada generasi muda untuk membatik.
Dukungan Pemerintah kepada Pelaku Bisnis Batik
Para pebisnis di sini adalah produsen, distributor, dan juga pedagang. Mereka berperan penting dalam proses pengadaan batik, dan mereka tentu saja membutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama pemerintah. Salah satu caranya adalah dengan membantu mereka memasarkan produk batik hingga ke mancanegara. Dengan begitu, pemerintah telah melakukan langkah besar untuk melestarikan Batik nusantara.
Beberapa upaya melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia di atas harus terus menerus dilakukan agar batik tidak pernah bisa diklaim oleh bangsa lain. Setelah batik sempat diklaim oleh negara lain, maka sewajarnya antusiasme kita untuk menjaga dan melestarikan batik menjadi lebih tinggi.
Cara Membuat Batik Parang Kusumo
Video Pembelajaran Pembuatan Batik Parang
Batik Motif Parang Kusumo ini terbagi dalam beberapa ukuran yang menunjukkan tingkat kebangsawanan di keraton yogyakarta. Parang ukuran 12 cm s/d 15 cm adalah kain batik yang khusus dikenakan untuk Sultan. Sementara parang dengan ukuran 7 cm dikenakan untuk kerabat dekat keraton. Parang ukuran 5 cm dikenakan untuk abdi dalem dan masyarakat pada umumnya.
Cara membuat:
Siapkan kain mori/ sutra, kemudian dibuat motif diatas kain tersebut dengan menggunakan pensil.
Setelah motif selesai dibuat, sampirkan atau letakkan kain pada gawangan
Nyalakan kompor/ anglo, letakkan malam/ lilin ke dalam wajan/ nyamplung, dan panaskan wajan dengan api kecil sampai malam/ lilin mencair sempuma. Untuk menjaga agar suhu kompor/ anglo stabil biarkan api tetap menyala kecil.
Tahap selanjutnya, menutupi kain dengan malam/ lilin pada bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (sama dengan warna dasar kain). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Proses ini bertujuan agar pada saat pencelupan bahan/ kain kedalam larutan pewarna bagian yang diberi lapisan malam/ lilin tidak terkena pewarna.
Pada proses membatik dimulai dengan mengambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting.
Tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas kemudian torehkan/ goreskan canting dengan mengikuti motif. Dalam proses ini harus dilakukan dengan hati-hati agar jangan sampai malam yang cair menetes diatas permukaan kain, karena akan mempengaruhi hasil motif batik..
Setelah seluruh motif yang tidak ingin diwarnai atau diberi warna lain ditutup dengan malam/lilin, barulah dilakukan proses pewarnaan. Siapkan pewarna dalam ember, lalu celupkan kain ke dalam larutan pewarna. Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh malam/lilin, Pewarnaan dilakukan dengan cara mencelupkan kain pada warna tertentu. Kain diwarnai dengan warna-warna yang dimulai dengan warna terang, dilanjutkan dengan warna yang lebih tua atau lebih gelap pada tahap berikutnya.
Setelah dicelupkan dalam pewarna, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
Setelah kering dilakukan proses pelorodan, proses tehnik "pelorodan" dilakukan dengan cara lilin dikerik dengan pisau, kemudian kain di rebus bersama-sama dengan air yang telah diberi soda abu, atau menggunakan tehnik pelepasan lilin dengan dilumuri bensin, kemudian Kain disetrika sehingga lilin menjadi meleh. Dari keempat jenis pelepasan lilin di atas, tehnik perebusan kain dengan soda abu dan tehnik setrika adalah yang lazim digunakan oleh pembatik tradisional,
Kain yg telah berubah warna tadi direbus dalam air panas. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan malam/ lilin sehingga motif yg telah digambar menjadi terlihat jelas. Apabila diinginkan beberapa warna pada batik yg kita buat, maka proses dapat diulang beberapa kali tergantung pada jumlah warna yg kita inginkan.
Setelah kain bersih dari malam/ lilin dan dikeringkan, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan malam/ lilin menggunakan alat canting untuk menahan warna berikutnya.
Selanjutnya proses pencelupan warna yang kedua, dengan memberikan malam/ lilin lagi, pencelupan ketiga dst. Misalkan dalam satu kain diinginkan ada 5 warna maka proses diatas tadi diulang.
Sebanyak jumlah warna yg diinginkan berada dalam kain tersebut satu persatu lengkap dengan proses membuka/nglorot dan menutup malam/ lilin dilakukan berulang kali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam campuran air dan soda abu untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari luntur.
Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin dan dijemur sebelum dapat digunakandan dipakai.
Filosofi dan makna dari Batik Parang
Negara Indonesia terkenal dengan Batiknya, sebuah karya seni dan juga teknik khusus dalam pembuatan kain tekstil. Hingga saat ini, telah ada ratusan macam motif Batik yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yang tidak hanya memiliki keindahan, namun juga makna dan filosofi yang mendalam di baliknya.
Batik telah menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia sejak abad ke-lima. Teknik ini telah digunakan untuk melukiskan seluruh siklus kehidupan manusia – kelahiran, pernikahan, dan kematian – sejak saat itu. Setiap tanggal 2 Oktober, Indonesia merayakan Hari Batik Nasional, hari dimana Batik diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda di tahun 2009.
Salah satu motif Batik tertua di Indonesia adalah Batik Parang yang berasal dari Solo, Jawa Tengah. Batik Parang telah dikenakan oleh para raja, pemimpin, dan ksatria sejak zaman keraton Mataram Kartasura di tahun 1600-an. Kata ‘Parang’ sendiri lahir dari kata ‘Pereng’, yang memiliki arti lereng. Perengan ini menggambarkan garis yang menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal, dan garis lurus ini melambangkan penghormatan dan cita-cita yang tinggi, serta kepercayaan pada nilai-nilai kebenaran.
Batik Parang juga memiliki pola berbentuk S yang terjalin tidak terputus. Pola ini melambangkan kesinambungan dan stabilitas, baik dalam arti upaya untuk terus memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan, maupun menjaga pertalian kekeluargaan. Bentuk ‘S’ ini juga diambil dari ombak samudra yang tidak pernah berhenti bergerak, dan menggambarkan semangat yang tidak pernah padam. Dinamika dalam pola Batik Parang ini sering diartikan sebagai ketangkasan, kewaspadaan, dan juga kontinuitas antara hal satu dengan hal lainnya.
Motif batik parang yang saling berkesinambungan menggambarkan jalinan hidup yang tidak pernah putus, selalu konsisten dalam upaya untuk memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan dalam hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhannya, garis diagonal dalam motif batik parang menggambarkan bahwa manusia harus memiliki cita-cita yang luhur, kokoh dalam pendirian, serta setia pada nilai kebenaran.
Minggu, 12 Januari 2025
Motif Batik Gringsing, Motif yang Klasik Legendaris dan Turunannya
Motif Gringsing adalah salah satu motif kuno asli dari Nusantara. Sejak zaman dongeng Panji di kerajaan Kediri, motif Gringsing sudah disebut-sebut keberadaannya oleh G. P. Rouffaer. Kemudian Kitab Pararaton dan Negarakertagama juga menyebutkan nama motif Gringsing atau Geringsing telah ada pada pemerintahan Raden Wijaya di Majapahit.
Kitab Pararaton menyebutkan raja ini telah menganugerahkan batik Gringsing kepada beberapa panglima perangnya yang telah berjasa dalam peperangan. Sedangkan pada Negarakertagama disebut kain motif Gringsing digunakan sebagai penghias kereta kerajaan yang megah.
Ensiklopedia The Heritage Of Batik: Identitas Pemersatu Kebanggaan Bangsa
Batik yang kita kenal saat ini sebenarnya merupakan karya budaya yang bersifat indrawi, filosofis, dan spiritual sekaligus.Batik Indonesia yang kaya akan teknik, simbol, filosofi, dan budaya itu, pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO diakui dan ditetapkan sebagai warisan pusaka dunia. Pengakuan itu hendaklah menjadi tonggak penting untuk mengembangkan eksistensi batik di kancah internasional.
Buku ini menyuguhkan bukti-bukti dan pemahaman yang menyeluruh bahwa batik memang mempunyai akar sejarah dan budaya yang kuat di Indonesia.Buku ini mengungkap sejarah dan perkembangan batik sejumlah negara, serta dinamika seni dan keterampilan membatik berbagai daerah di Indonesia. Buku ini semakin lengkap karena menyajikan aneka ragam batik dan makna filosofi yang terkandung di dalamnya. Buku ini juga menjelaskan cara pembuatan aneka jenis batik, serta membahas berbagai tantangan dan upaya pemberdayaan industri kreatif yang sangat penting ini.
Dalam Ensiklopedia The Heritage of Batik ini tidak hanya berisi mengenai motif batik Indonesia saja, tetapi juga berisi tentang makna dan sejarah batik. Selain itu juga terdapat berbagai macam batik yang terkenal di Indonesia. Buku ini juga membahas mengenai teknik pembuatan berbagai macam batik, seperti pembuatan batik tulis, batik jumputan, batik cap atau cetak hingga lukisan batik, hingga industri pemberdayaan batik.
Filosofi Batik Parang
Dalam buku Implementasi Bahasa Python pada Motif Batik Tasikmalaya oleh Ratnadewi, Ariesa Pandanwangi, dan Agus Prijono (2021:23) secara filosofi, batik Parang memiliki pesan yang sangat dalam. Parang memiliki arti lereng atau tebing sehingga batik ini bermotif miring dan berbentuk diagonal menyerupai huruf “S” tanpa terputus-putus.
Berdasarkan motifnya batik motif Parang memiliki makna agar tidak mudah menyerah untuk mengarungi bahtera kehidupan meskipun banyak lika-liku yang harus dilalui. Selain itu juga harus terus berupaya untuk memperbaiki diri agar lebih baik.
Ada berbagai macam motif Parang, dan masing-masing motifnya memiliki makna tersendiri, adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Parang Rusak
Motifnya terlihat seperti ombak sehingga maknanya pun sebagai keberanian dan ketegaran. Motif batik Parang Rusak mirip dengan lengkungan keris pusaka Jawa dan ombak laut.Orang yang mengenakan motif batik ini diharapkan memiliki jiwa mulia yang mampu mengendalikan gelombang godaan ketika menjalani kehidupan sehari-hari.
2. Parang Barong
Ciri utama dari motif batik Parang Barong adalah bentuk huruf “S” yang lebih besar dari motif batik Parang Rusak. Makna dari motif batik ini yaitu pengendalian dari dalam diri, kebijaksanaan, dan kehati-hatian saat bertindak maupun bertutur kata.
3. Parang Slobong
Motif batik Parang Slobong lebih cenderung melambangkan keteguhan hati, kesabaran, maupun ketelitian manusia. Itulah mengapa, kebanyakan kaum laki-laki mengenakan motif batik Parang ini, terlebih lagi saat upacara pelantikan jabatan.
4. Parang Klitik
Ciri utama dari motif batik Parang Klitik adalah bentuk huruf “S” lebih kecil sehingga sering dianggap sebagai penggambaran citra feminim, lemah-lembut, perilaku bijaksana, dan perilaku halus.Motif batik jenis ini sering dikenakan oleh para putri raja dan juga dapat digunakan oleh laki-laki. Jika dikenakan oleh kaum laki-laki, maka motif batik ini akan mencerminkan kebijaksanaan.
5. Parang Kusumo
Motif batik Parang Kusumo sekilas bercorak seperti bunga walaupun tetap ada bentuk huruf “S” yang saling bertautan satu sama lain. Hal ini karena berasal dari namanya yaitu Parang yang berarti "lereng" dan Kusumo yang berarti "bunga".
Filosofi utama dari batik Parang Kusumo yaitu penggambaran jalinan antar manusia yang tidak terputus dan akan selalu terhubung secara berkesinambungan. Secara tidak langsung, makna tersebut juga dengan tali hubungan manusia yang secara erat terutama di keluarga.
6. Parang Curigo
Penamaan motif batik Parang Curigo berasal dari kata Parang artinya "lereng" dan Curigo yang merupakan nama lain dari bilah keris tanpa warangka. Gambar motif batik ini, akan tampak bentuk motif huruf “S” yang dimodifikasi menyerupai bilah keris.Filosofi utama dari motif batik Parang Curigo adalah supaya pemakainya dapat memiliki ketenangan, kecerdasan, maupun kewibawaan. Itulah mengapa, biasanya motif batik jenis ini sering dikenakan saat acara pesta.
7. Parang Tuding
Nama motif batik ini berasal dari Parang yang berarti "lereng" dan Tuding yang berarti "jari" telunjuk atau tengah menunjuk sesuatu. Huruf “S” pada batik ini terlihat menyerupai jari telunjuk yang tengah menunjuk, dengan susunan secara berjajar dan berkesinambungan.
Filosofi dari motif batik ini adalah siapapun yang mengenakannya diharapkan memberi petunjuk atas hal-hal yang baik. Itulah mengapa, motif batik ini dikenakan oleh para orang tua karena dianggap sebagai pengarah atau pemberi petunjuk kepada para keturunannya.
8. Parang Pamor
Parang Pamor yang berasal dari kata Parang berarti "lereng" dan Pamor berarti "aura yang terpancar dari seseorang". Ketika mengenakan batik jenis ini, diharapkan pemakainya memiliki aura yang memancar.
Ciri utama dari motif batik Parang Pamor adalah bentuknya yang lebih kecil-kecil dibandingkan dengan motif batik Parang sebelumnya.
Sejarah Batik Parang
Menurut sejarah, batik Parang berasal dari daerah Yogyakarta dan Solo, namun sudah tersebar merata di seluruh Jawa. Batik Parang merupakan motif batik tertua di Indonesia. Batik ini sudah ada sejak zaman Keraton Mataram Kartasura.
Batik dengan motif Parang diciptakan oleh salah satu bangsawan Kerajaan Mataram Islam yaitu Panembahan Senopati. Panembahan Senopati memiliki nama lain Sutowijoyo yang merupakan putra dari Ki Gede Pemanahan selaku pendiri dari Kerajaan Mataram Islam.
Itulah mengapa, pada saat itu batik Parang hanya boleh digunakan para raja dan keturunannya saja. Seiring waktu, batik ini dapat digunakan oleh masyarakat sekitar keraton kemudian disebar luaskan ke masyarakat biasa.
Panembahan Senopati, Pendiri Kerajaan Mataram Islam, Pencipta Motif Batik Parang yang Legendaris
Panembahane Senopati adalah pendiri Kerajaan Mataram Islam, yang warisannya saat ini masih terlihat dalam bentuk Keraton Jogjakarta dan Sura...

-
Dalam buku Implementasi Bahasa Python pada Motif Batik Tasikmalaya oleh Ratnadewi, Ariesa Pandanwangi, dan Agus Prijono (2021:23) secara f...
-
Video Pembelajaran Pembuatan Batik Parang Batik Motif Parang Kusumo ini terbagi dalam beberapa ukuran yang menunjukkan tingkat kebangsawanan...